A. MAKNA DAN SUBTANSI BERMAIN

Anak usia dini sangat memerlukan keleluasaan dan kebebasan untuk bergerak dan beraktivitas melalui bermain. Aktivitas gerak bagi anak dapat diwujudkan dalam berbagai ekspresi diri. Ekspresi diri anak dituangkan anak dalam berbagai permainan yang mereka sukai. Imajinasi mereka yang tinggi membuat apa saja benda disekitar mereka menjadi bahan menarik untuk dijadikan sebuah permainan. Secara tidak langsung ini akan menumbuhkan kreatifitas anak dalam mengembangkan daya pikirnya serta pengetahuannya.
Bermain bagi anak selayaknya dapat bernuansa kesenangan (pleaure), Kesantaian (relaxation). Bermain harus membangkitkan kesadaran anak yang menyenangkan (Sense of enjoyment). Menurut Harun (2009) makna yang terkandung dalam bermain ialah suatu kegiatan yang memberikan pengalaman pada anak untuk membangun dunianya sendiri yang dapat dihuni sambil terus memekarkannya melalui berbagai fungsi mental dan emosional. Harun (2009) bermain harus memiliki setidaknya lima unsur penting yaitu:
1. Bertujuan mencari kepuasan
2. Bebas dan dapat memilih atas kemauan sendiri
3. Menyenangkan dan dapat dinikmati oleh anak
4. Memunculkan khayalan dan daya imajinatif anak
5. Dilakukan secara tepat (DAP), aktif dan sadar.
Seifert dan Hoffnung (dalam Harun, 2009:81) memaknai bermain jika bermain itu memiliki enam unsur, yaitu (1) bermanfaat bagi anak, (2) beorientasi pada proses aktifitas, (3) menyenangkan anak, (4) berbeda dari realitas, (5) mempunyai aturan yang fleksibel, (6) anak terlibat secara langsung.
Bermain menurut Proebel (Umansky, 1985:404) bermain adalah bentuk ekspresi diri anak terhadap lingkungannya dalam berbagai perbuatan dan gerakan yang melibatkan aktifitas gerak dan psikis yang menyenangkan dan bermanfaat secara keseluruhan.
B. TUJUAN DAN MANFAAT BERMAIN
Bermain merupakan aktivitas penting yang harus dilakukan anak usia dini dan termasuk anak taman kanak-kanak. Dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalamannya dan pengetahuannya,dan menurut (Geogarkis, 2005) sangat mendorong anak untuk membangun konsep dan pemahaman suatu konteks. Bermain juga memberikan kesenangan dan efektifitas pengalaman belajar, dan stimulus berpikir anak (Light, 2002; Mitchell, 2005, dalam Geogarkis, 2005). Menurut Kirk & Mac Phail (2002) bermain juga melibatkan tingkat kognitif, persepsi, pemecahan masalah dan respon terhadap berbagai isyarat.
Betapa pentingnya bermain bagi pertumbuhan anak, dengan bermain anak terangsang emosinya, sosialnya, daya pikirnya, fantasi dan imajinasinya. Dengan demikian bermain bagi anak merupakan wahana untuk
1. Menemukan dan mengenali lingkungannya serta dirinya
2. Membangun konsep
3. Meningkatkan kecerdasan kognitif
4. Meningkatkan kecerdasaan social dan emosional
5. Bereksperimen dan bereksplorasi
Oleh karenanya, cara belajar bagi anak usia dini dan termasuk anak taman kanak-kanak yang paling efektif adalah melalui bermain. Bermain juga memiliki manfaat yang strategis untuk perkembangan anak. Dalam konteks bermain, menurut Freman (1996:147) bukan hanya merupakan suatu hiburan dan rekreasi, melainkan juga memungkinkan anak belajar secara emosional maupun intelektual. Dari segi emosional, anak akan dapat memainkan berbagai aspek kehidupan yang sebenarnya belum dipahami sehingga ia bisa tahu apa yang terjadi dan dapat menghadapinya dengan mudah dan percaya diri. Dari segi intelektual, bermain dapat membuat anak menyerap berbagai informasi baru dan kemudian memanipulasinya sehingga cocok dengan apa yang telah diketahui anak.
Masih bertalian dengan manfaat bermain , Ismail (2006:17) mengemukakan manfaat bermain adalah:
1. Penyaluran energi berlebih yang dimiliki anak
2. Sarana untuk menyiapkan hidupnya kelak
3. Pelanjut citra kemanusiaan
4. Membangun energi yang hilang
5. Memperoleh kompensasi yang tidak diperolehnya
6. Melepaskan perasaan emosinya, dan
7. Member stimulus pada pembentukan kepribadian
Mengacu pada pembahasan tujuan dan manfaat bermain, maka menurut Harun, dkk (2009) bermain dapat bermanfaat bagi anak taman kanak-kanak yaitu untuk:
1. Belajar ingin tahu segala sesuatu dari apa yang ada di lingkungannya
2. Melatih emosional dan sosialnya
3. Membangun komunikasi dan kerjasama antar anak
4. Membangun fantasi dan imajinasi
5. Santai, rileksasi dan puas
6. Melatih kreativitas berpikir dan berbuat
7. Melatih konsentrasi mereka.
Oleh karena pentingnya manfaat bermain, para pendidik dan orang tua hendaknya membimbing dan mengarahkan jalannya proses bermain sehingga tidak menghambat jalannya fantasi anak. Yang penting bagi anak bukanlah alat bermain yang lengkap, tetapi kesempatan dan tempat untuk bermain secar bebasdan leluasa untuk beraktivitas.
Bertalian dengan manfaat bermain dan bimbingan bagi anak dalam proses berlangsungnya permainan, ada bebebapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Apakah suasananya ceria
2. Apakah pengalaman-pengalaman yang diberikan kepada anak bersifat mendorong dan merangsang
3. Apakah guru terlatih untuk suatu permainan itu
4. Apakah lembaga sekolah terorganisir dengan baik
5. Apakah kegiatan yang dipilih dalam bermain itu logis
6. Apakah suasananya hangat dan penuh kasih sayang
7. Apakah anak merasa tentram dan senang
8. Apakah hubungan antara guru dan anak-anak tampak saling dekat satu sama lain
C. KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK USIA DINI
Perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini berada dalam masa dan kurun waktu yang sangat kritis artinya jika masa ini tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan optimal maka boleh jadi akan sangat mengganggu terhadap masa depan mereka kelak.
Hasil penelitian Rinso (An, 2006) menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan terendah dalam kemampuan fisik dan bermain anak. Hal ini berarti menunjukkan bahwa resiko jangka panjang bagi suatu generasi bangsa manakala orang tua melarang dan membatasi gerak fisik dan psikologis anak-anak. Dengan demikian, bermain harus diberikan kepada anak-anak secara bebas dan leluasa, di rumah maupun di sekolah.
Kebebasan dan keleluasaan dimaksudkan ialah bermain yang memenuhi karakteristik bermaian anak (DAP) yaitu:
1. Tempat bermain
2. Model bermain
3. Sarana dan alat bermain
4. Jenis jenis bermain yang sesuai dengan umur kronologis
5. Jenis kelamin anak
6. Sesuai dengan kebutuhannya
Dalam karakteristik bermain, Dwiyanti (2001) menegaskan bahwa anak bermain dalam tiga ruang bermain utama yaitu
1. Lingkungan sekolah
2. Lingkungan ruang selama perjalanan pulang sekolah
3. Lingkungan disekitar rumahnya
Karakteristik bermain dalam penelitian Smith, Garvey, Rubin Fein, Vanderberg ( dalam Ismail, 2006:20) menegaskan sebagai berikut:
1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik
2. Perasaan orang yang bermain diwarnai oleh emosi emosi yang positif
3. Adanya fleksibilitas yand ditandai dengan mudahnya kegiatan beralih dari suatu aktivitas kepada aktivitas yang lainnya.
4. Lebih menekankan pada proses berlangsung daripada hasil
5. Bebaskan anak memilih
6. Mempunyai kualitas pura-pura
Dengan demikian, karakteristik bermain menjadi suatu substansi yang sangat urgen bagi guru dan pembimbing anak taman kanak-kanak untuk memahaminya dan menentukan, dan merencanakan apakah suatu aktivitas yang dilakukan anak itu bertegorikan bermain atau bukan bermain. Sebab manakala aktivitas bermain lebih condong pada kegiatan bekerja, maka menjadi terampaslah hak bermain bagi anak. Anak tidak lagi merasa menikmati kegiatan bermain secara enjoyable, relaxationable, pleasureable, melainkan menjadi tertekan dan terpaksa dengan bermain macam aturan yang harus dipatuhi, sehingga hilanglah rasa senang dan keceriaan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Harun Rasyid, dkk. 2009.
Assesment Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Multi Pressindo