
C. KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK USIA DINI
Perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini berada dalam masa dan kurun waktu yang sangat kritis artinya jika masa ini tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan optimal maka boleh jadi akan sangat mengganggu terhadap masa depan mereka kelak. Hasil penelitian Rinso (An, 2006) menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan terendah dalam kemampuan fisik dan bermain anak. Hal ini berarti menunjukkan bahwa resiko jangka panjang bagi suatu generasi bangsa manakala orang tua melarang dan membatasi gerak fisik dan psikologis anak-anak. Dengan demikian, bermain harus diberikan kepada anak-anak secara bebas dan leluasa, di rumah maupun di sekolah. Kebebasan dan keleluasaan dimaksudkan ialah bermain yang memenuhi karakteristik bermaian anak (DAP) yaitu: 1. Tempat bermain 2. Model bermain 3. Sarana dan alat bermain 4. Jenis jenis bermain yang sesuai dengan umur kronologis 5. Jenis kelamin anak 6. Sesuai dengan kebutuhannya Dalam karakteristik bermain, Dwiyanti (2001) menegaskan bahwa anak bermain dalam tiga ruang bermain utama yaitu 1. Lingkungan sekolah 2. Lingkungan ruang selama perjalanan pulang sekolah 3. Lingkungan disekitar rumahnya Karakteristik bermain dalam penelitian Smith, Garvey, Rubin Fein, Vanderberg ( dalam Ismail, 2006:20) menegaskan sebagai berikut: 1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik 2. Perasaan orang yang bermain diwarnai oleh emosi emosi yang positif 3. Adanya fleksibilitas yand ditandai dengan mudahnya kegiatan beralih dari suatu aktivitas kepada aktivitas yang lainnya. 4. Lebih menekankan pada proses berlangsung daripada hasil 5. Bebaskan anak memilih 6. Mempunyai kualitas pura-pura Dengan demikian, karakteristik bermain menjadi suatu substansi yang sangat urgen bagi guru dan pembimbing anak taman kanak-kanak untuk memahaminya dan menentukan, dan merencanakan apakah suatu aktivitas yang dilakukan anak itu bertegorikan bermain atau bukan bermain. Sebab manakala aktivitas bermain lebih condong pada kegiatan bekerja, maka menjadi terampaslah hak bermain bagi anak. Anak tidak lagi merasa menikmati kegiatan bermain secara enjoyable, relaxationable, pleasureable, melainkan menjadi tertekan dan terpaksa dengan bermain macam aturan yang harus dipatuhi, sehingga hilanglah rasa senang dan keceriaan mereka. DAFTAR PUSTAKA Harun Rasyid, dkk. 2009. Assesment Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Multi Pressindo